Curug Lawe adalah sebuah tempat wisata air terjun yang berada di Ungaran Barat. Tidak terlalu jauh dari Semarang dan juga tidak terlalu jauh dari Salatiga. Curug ini dinamakan Curug Lawe karena air yang jatuh dari atas tebing terlihat bagai benang-benang putih yang dalam bahasa jawa disebut Lawe. Ada juga yang bilang kalau air yang jatuh dari atas tebing berjumlah 25 yg dalam bahasa Jawa disebut selawe. By the way, saya sih gak kepikiran menghitung jumlah air terjun yang ada di curug ini karena begitu sampai disini saya hanya bisa terpaku, terdiam tanpa kata sangking takjubnya sama tempat ini. KERAN gaeeeess...! KEREN maksudnya.
Begitu saya sampai disini, saya langsung disuguhkan pemandangan alam yang sangat memanjakan mata. Desiran angin dan cipratan air terjun yang mengenai tubuh saya, membuat saya tidak sabar untuk segera melepas sepatu saya dan bermain air sepuasnya tanpa kenal malu. Saat saya sampai disini, sudah banyak pengunjung lain yang datang duluan dan berswafoto dengan gaya mereka masing-masing. Ada yang menaiki bangkai pohon yang tumbang dan berjongkok sambil memakai kacamata hitam yang menutupi wajah sangking besarnya tapi pede saja, ada juga yang sengaja menumpuk batu-batu yang ada di curug ini setinggi mungkin lalu difoto dengan mengacungkan jempol. Pokoknya ada saja yang dilakukan kawula muda ditempat ini, untuk mengekspresikan kebahagian mereka bisa sampai tempat ini. Apakah yang datang ke curug ini hanya anak muda saja? Oh, tentu tidak. Banyak juga kok orang tua yang datang ke curug ini. Bahkan saat saya ke curug ini, saya berpapasan dengan sepasang kakek nenek dan cucunya yang sedang berjalan santai sambil memegang tongkat kayu dengan sedikit nafas yang megap-megap tetapi mereka menikmati.
Kalau kalian berkunjung ke curug ini, kalian akan menemukan sebuah jembatan, namanya "Jembatan Romantis". Saya gak tau sih, lebih tepatnya gak mencari tau mengapa jembatan ini disebut jembatan romantis. Mungkin karena jembatan ini sedikit licin dan jalannya harus hati-hati, sehingga pengunjung yang melewati jembatan ini sengaja atau tidak sengaja akan bergandengan tangan dan terlihat romantis, gitchu kali yeeee... Lalu bagaimana dengan mereka yang jomblo? mau gandengan sama siapa? Tenang sobat! Kamu gak sendiri, tuh ada pagar pembatas besi warna merah yang kuat dan kokoh bisa kok dijadikan gandengan dan peganganmu. Woles aje shay...
Waktu saya melewati jembatan ini ada banner bertuliskan 'MAKSIMAL 5 ORANG YANG BOLEH MELEWATI JEMBATAN ROMANTIS". Tapi, banner tersebut sudah lepas dari pohon alias pengunjung tidak akan tahu tentang peringatan ini karena banner peringatan tersebut tidak terpampang dengan jelas dan tidak bisa dibaca oleh para pengunjung (kalau mata kalian jeli, kalian pasti bisa menemukan dimana banner peringatan itu jatuh). Waktu saya mau melewati jembatan ini, saya melihat ada lebih dari 5 orang yang berdiri diatas jembatan tua ini. Berhubung saya phobia terhadap ketinggian, maka saya menunggu para pengunjung yang sedang berswafoto di jembatan ini untuk lewat duluan sembari saya menyiapkan nyali dan menarik napas dalam-dalam untuk bisa melewati jembatan ini dengan sekali foto.
Ada satu pohon yang sangat unik yang menarik pandangan saya. Saya tidak tahu itu pohon apa (silahkan bertanya pada ahli tumbuh-tumbuhan), yang jelas batang pohon tersebut bentuknya meliuk-liuk. Rasa hati ingin sekali bergelantungan di batang pohon tersebut, tapi apa daya nyali saya ciut ketika melihat sisi kiri tempat teman saya berdiri itu adalah jurang. Huuuuu cemen lo..!
Ketika dalam perjalanan menuju curug, saya disuguhkan pemandangan tumpukan sandal yang ditancapkan ke ranting pohon kering sehingga menyerupai pohon sandal. Saya kurang paham sih maksud dari pohon sandal ini. Mungkin sandal-sandal tersebut adalah sandal pengunjung yang tertinggal dan sudah rusak. Dari pada dibuang atau dibakar mending dijadikan pajangan, gitu kali ya? Entahlah. Saya sebenarnya ingin menancapkan sepatu saya di pohon sandal karena sepatu saya juga sudah rusak, tapi saya ingat kalau saya tidak punya sepatu cadangan sebagai penggantinya. Jadi, foto lepas sepatu aja kali ya... (kode biar segera dibelikan sepatu baru).
Untuk bisa sampai di curug ini, kita hanya dikenakan biaya masuk sebesar Rp 4000,- dan parkir motor sebesar Rp 2000,- saja. Murah banget kan? tapi tempatnya gak murahan. Buat kamu yang mau melangsingkan badan dan membakar lemak, bisa banget ke curug ini. Waktu yang ditempuh dari tempat parkir menuju curug Lawe kurang lebih 30 menit jalan kaki. Ya...setara dengan naik motor Salatiga-Ungaran lah. Kalau laper dan lupa gak bawa makanan atau camilan, tenang aja. Di sepanjang jalan gerbang utama banyak warung makan yang berjejeran menjajakan makanan dan minuman bagi para pengunjung. Harga? Relatif lah, namanya juga tempat wisata. Kalau mau murah dan hemat ya bawa sendiri bekal dari rumah.
Oh iya, kalau kalian beruntung saat mengunjungi tempat ini kalian bisa bertemu dengan kera ekor panjang warna hitam yang sedang bergelantungan dan berloncat ria dari satu pohon ke pohon lainnya. Berhubung saya beruntung, jadi saya bisa melihatnya secara langsung dengan jelas walaupun tidak saya abadikan dalam bentuk foto. Wish you luck....
Segini dulu ya cerita yang saya bagikan tentang Curug Lawe. Buat kalian yang punya cerita lebih seru atau fakta-fakta baru tentang tempat ini, boleh banget share ceritanya. Saya tunggu ya :) Bye...
Waktu saya melewati jembatan ini ada banner bertuliskan 'MAKSIMAL 5 ORANG YANG BOLEH MELEWATI JEMBATAN ROMANTIS". Tapi, banner tersebut sudah lepas dari pohon alias pengunjung tidak akan tahu tentang peringatan ini karena banner peringatan tersebut tidak terpampang dengan jelas dan tidak bisa dibaca oleh para pengunjung (kalau mata kalian jeli, kalian pasti bisa menemukan dimana banner peringatan itu jatuh). Waktu saya mau melewati jembatan ini, saya melihat ada lebih dari 5 orang yang berdiri diatas jembatan tua ini. Berhubung saya phobia terhadap ketinggian, maka saya menunggu para pengunjung yang sedang berswafoto di jembatan ini untuk lewat duluan sembari saya menyiapkan nyali dan menarik napas dalam-dalam untuk bisa melewati jembatan ini dengan sekali foto.
Ketika dalam perjalanan menuju curug, saya disuguhkan pemandangan tumpukan sandal yang ditancapkan ke ranting pohon kering sehingga menyerupai pohon sandal. Saya kurang paham sih maksud dari pohon sandal ini. Mungkin sandal-sandal tersebut adalah sandal pengunjung yang tertinggal dan sudah rusak. Dari pada dibuang atau dibakar mending dijadikan pajangan, gitu kali ya? Entahlah. Saya sebenarnya ingin menancapkan sepatu saya di pohon sandal karena sepatu saya juga sudah rusak, tapi saya ingat kalau saya tidak punya sepatu cadangan sebagai penggantinya. Jadi, foto lepas sepatu aja kali ya... (kode biar segera dibelikan sepatu baru).
#amuijainsoul #amuijasoulofadventure |
Untuk bisa sampai di curug ini, kita hanya dikenakan biaya masuk sebesar Rp 4000,- dan parkir motor sebesar Rp 2000,- saja. Murah banget kan? tapi tempatnya gak murahan. Buat kamu yang mau melangsingkan badan dan membakar lemak, bisa banget ke curug ini. Waktu yang ditempuh dari tempat parkir menuju curug Lawe kurang lebih 30 menit jalan kaki. Ya...setara dengan naik motor Salatiga-Ungaran lah. Kalau laper dan lupa gak bawa makanan atau camilan, tenang aja. Di sepanjang jalan gerbang utama banyak warung makan yang berjejeran menjajakan makanan dan minuman bagi para pengunjung. Harga? Relatif lah, namanya juga tempat wisata. Kalau mau murah dan hemat ya bawa sendiri bekal dari rumah.
Oh iya, kalau kalian beruntung saat mengunjungi tempat ini kalian bisa bertemu dengan kera ekor panjang warna hitam yang sedang bergelantungan dan berloncat ria dari satu pohon ke pohon lainnya. Berhubung saya beruntung, jadi saya bisa melihatnya secara langsung dengan jelas walaupun tidak saya abadikan dalam bentuk foto. Wish you luck....
Segini dulu ya cerita yang saya bagikan tentang Curug Lawe. Buat kalian yang punya cerita lebih seru atau fakta-fakta baru tentang tempat ini, boleh banget share ceritanya. Saya tunggu ya :) Bye...