Sabtu, 14 Mei 2016

Merbabu Dikala Itu

Belum lama saya menginjakkan kaki di Gunung Merbabu sekitar 6 bulan yang lalu tahun 2015, sekarang saya kembali lagi karena kerinduan saya akan tempat ini. Tanggal 30 April 2016 saya bersama 3 teman lainnya berangkat menuju Cuntel, yaitu salah satu jalur pendakian merbabu di Salatiga. Saya dan teman-teman berangkat dari kost menuju Cuntel sekitar pukul 13.00 waktu kost dan sekitarnya. Puji Tuhan cuaca sangat cerah, jadi kami tidak perlu takut untuk basah-basahan. Kost kami yang berada di daerah Kauman Salatiga cukup dekat jika menggunakan sepeda motor ke Cuntel, biar bisa salip wuus..wuuss.
Kami sampai di Cuntel sekitar pukul 14.30 waktu cuntel dan sekitarnya. Sesampainya di Base Camp Cuntel, kami langsung mengurus registrasi masuk. Saat kami datang, yang ada di Base Camp hanya kami berempat dan bapak penjaga Base Camp. Sepi dan hening.  Kenyataannya memang iya, hanya kami berempat yang pada saat itu naik. Kata bapak Base Camp ada yang diatas 2 orang, tapi hari ini turun. Ya sudah, mau bagaimana lagi? Beras sudah menjadi bubur :D akhirnya sekitar pukul 15.00 kami berangkat dari Base Camp dengan penuh semangat. Oh iya, saya lupa mengenalkan teman-teman saya. Teman saya yang pertama namanya Anatalia (tia) dia satu kost dengan saya, kedua namanya Amelda (amel) kakak tingkat saya dikampus, lalu yang terakhir paling cantik sendiri namanya Adrian (ian), dia satu-satunya laki-laki cantik diantara kami bertiga :D

By the way, diantara kami berempat yang tasnya paling besar dan bawaannya paling banyak adalah saya dan tia. Tas saya dengan kapasitas 60L dan tas tia dengan kapasitas 40L. Tas yang saya bawa adalah tas yang paling berat diantara tas-tas yang lain, kenapa? Soalnya saya bawa perlengkapan lengkap mulai dari seperangkat alat masak, seperangkat tenda, seperangkat sleeping bag, HT, seperangkat alat penerangan dan sperangkat bekal serta camilan. Air? Oh ya jelas bawa, 2 botol ukuran 1,5L (air yang paling pokok) J . belum sampai di pos bayangan 1, si tia sudah tidak kuat alias tepar :D nangis? Haha gak terima nangis tapi  juga muntah-muntah. Aku anggap itu wajar karena ini pendakian dia yang pertama. Tubuh belajar menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar gunung. Akhirnya tas yang tia bawa saat itu, dipindah punggungkan ke punggung kak amel Ha..Ha..Ha.. semangat kak amel J
tia (berdiri), amel (duduk bawah), ian (duduk atas), dan saya
setelah kami beristirahat sejenak di pos bayangan 1 dan setelah tia melakukan ritual muntah-muntahnya, akhirnya kami bergegas untuk melanjutkan perjalanan sebelum gelap dan kabut menemani perjalanan kami. kami menargetkan sampai di pos 4 (pemancar) pukul 19.00 atau 19.30 waktu merbabu dan sekitarnya. tapi nasib berkata lain, karena kami banyak break nya jadi kami sampai di pemancar pukul 20.00 waktu pemancar dan sekitarnya. sebelum kami sampai di pemancar dan menegakkan tenda, kami sempatkan untuk berhenti agak lama saat kami sudah berada di pos 1, lalu pos 2 bayangan, kemudian pos 2, dan pos 3 untuk mengisi kembali aenergi yang sudah kami bakar menjadi keringat.
POS 2 bayangan

POS 2.. eh ada yg mendirikan tenda karena capek banget

POS 3 pukul 18.30 waktu merbabu dan sekitarnya
setelah kami beristirahat lumayan lama di pos 3, sambil makan crackers dan minum air mineral cukup banyak sembari geletakan dirumput luas pos 3 akhirnya kami siap jalan lagi menuju pos 4 (pemancar). jujur kami mulai lelah sangat saat itu dan tidak mau beranjak dari pos 3, terutama saya yang membawa tas paling berat dan saat mau berdiri pun sempoyongan :D tapi apa mau dikata, tepung beras sudah menjadi bubur sum-sum. kami harus terus melangkah agar sampai di pos 4 tidak larut malam. seperti yang sudah ditargetkan diawal, kami harus sampai di pos 4 sekitar pukul 19.30. mungkin sekitar 100 meter lagi kami sampai di pemancar, tapi saya sudah benar-benar tidak tahan dengan dengkul yang semakin lemas dan udara yang semakin menusuk tulang. saya lebih memilih mendaki pagi atau siang, karena kalau malam nafas saya tidak beraturan alias bengek karena harus menghirup udara yang sangat teramat dingin. akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak, entah itu di pos berapa tapi yang jelas jarak antara tempat kami duduk dengan pos pemancar sudah tidak terlalu jauh. Handphone saya bunyi menandakan pesan baru masuk, dalam hati saya berpikir wah ada signal.. begitu saya buka, ternyata itu pesan dari pacar saya yang isinya "jam 08.00 HT ON ya yang, udah sampai mana?" "waduh! saya belum sampai di pemancar lagi, bisa sampai dipemancar pukul berapa ini!" gerutu saya dalam hati. Begitu kami duduk dan membalikkan badan kami tidak bisa berkata apa-apa. Malam itu begitu sangat indah dan megah, ah betapa syahdunya. Dari tempat kami duduk, kami dapat melihat lukisan Tuhan yang maha besar dan maha indah, bintang-bintang berkelip-kelip dengan cantiknya, lampu-lampu rumah warga yang ada dibawah seolah-olah seperti kunang-kunang yang sedang membentuk deretan baris dan berdiam disatu tempat. Cahaya rembulan, bintang, dan pemandangan alam itulah yang membuat kami terpana dan mampu membangkitkan semangat kami lagi terutama saya yang sudah menghabiskan madu 2 bungkus. Kami harus melanjutkan perjalanan, waktu menunjukkan pukul 19.05 dan udara semakin dingin. senter yang kami bawapun sudah kami pegang masing-masing untuk menerangi perjalanan kami. tapi disaat kami sedang berjalan, senter kepala yang saya gunakan mati. Duh, bodohnya saya yang lupa mengganti baterainya. saya sudah malas menurunkan tas yang ada dipunggung saya untuk mengambil senter saya yang satunya, akhirnya tia meminjamkan senter nya kepada saya. Puji Tuhan, teman-teman saya yang lain tidak hanya membawa senter tapi juga senter powerbank :D kecil sekali. tapi apa boleh buat, itu cukup membantu menerangi jalan yang kami lalui.
sambil berjalan pelan-pelan, saya mulai menangis. hah? sampe nangis? ha...ha...ha iya saya nangis. "mana sih pos 4 nya, kok lama banget gak nyampe-nyampe", gerutu saya pada anak-anak. "bentar lagi may.." sahut tia. "lama banget ya, ini bener kan jalannya gak salah kan kak ian?" tanya saya dengan menangis sama kak ian yang pada saat itu memimpin perjalanan kami. "masih jauh! kalo aku bilang bentar lagi udah deket nanti kamunya malah gak semangat jalan. ayo buruan udah malam, jangan sampe kemalaman. udah laper, dingin." jawab kak ian sedikit tegas biar saya semakin semangat untuk jalan sedikit lebih cepat. Akhirnya kami tiba di pos 4 pemancar, pukul 20.00 waktu pemancar dan sekitarnya. saya tidak langsung mengambil HT tapi saya langsung membuka tas untuk mengeluarkan seperangkat tenda untuk segera didirikan. Udara semakin dingin, bahkan saya dan teman-teman saya sudah menggunakan sarung tangan dan kupluk tapi tetap saja dinginnya menusuk. kami harus cepat mendirikan tenda, karena sepertinya cuaca sedang tidak bersaudara saat itu alias mau hujan. sekitar 15 menit kami sudah selesai mendirikan tenda. oh iya, tips buat kalian yang mau mendirikan tenda jangan lupa untuk mengalasi bawah tenda kalian dengan mantel atau jas hujan yang bentuknya kelelawar atau yang lebar, supaya air dari tanah tidak merembes ke tenda dan supaya alas tenda untuk tidur kalian hangat. jadi susunannya adalah mantel, tenda yang sudah didirikan letakkan diatas mantel, baru alas tenda dalam dialasi sama matras.
saya langsung mengeluarkan perlengkapan memasak dan membuat minuman panas untuk kami berempat. saya melihat teman-teman saya sudah tidak tahan dengan dinginnya udara malam saat itu ditambah suasana sepi dan horor, karena hanya tenda kami berempat saja yang ada di pemancar saat itu. saya melihat tia sudah berada di sleeping bag berusaha menghangatkan badannya, dia terserang hipotermia. sudah tidak bisa berbicara apa-apa lagi, yang dia tunjukkan hanya menggigil. saat tenda kak amel dan kak ian sudah ditutup duluan pintunya, saya pun langsung mengemasi alat masak untuk dimasukkan kedalam tenda yang pada saat itu api trangia tidak saya matikan dengan maksud bisa membuat hangat tenda saya dan tia. saat saya mau memasukkan alat masak, tiba-tiba tia teriak kaget "Astaghfirullah...!" perasaan saya sudah tidak tenang memang saat itu, saya segera menutup pintu tenda rapat-rapat dan tetap mencoba untuk tenang. By the way, tia memang bisa melihat hal-hal yang berhubungan dengan makhluk tak kasat mata atau klenik kalau kata orang jawa. lapar bercampur takut, itulah yang kami rasakan. akhirnya kami memutuskan untuk masak mie instant malam itu sembari menghangatkan diri dan baru mencoba tidur.
ditengah rasa lapar dan takut, kami mencoba tertawa

malam itu saya dan tia sedikit lebih tenang, tatkala mendengar ada pendaki lain yang datang mendirikan tenda disebelah tenda kami sekitar pukul 23.30. tapi tetap saja saya tidak bisa tidur pulas, mata memang tertutup tapi saya tidak tidur. angin semakin kencang, tapi Puji Tuhan tenda yang kami gunakan hangat karena ada uap dan trangia yang apinya masih menyala. malam itu horor sekali. saya tidak bisa tidur karena saya mendengar bunyi gamelan dan wangi bunga melati. ternyata tia juga mencium wangi bunga itu. saya terus dan terus mengulang doa Salam Maria dan Bapa Kami, untuk mengusir rasa takut saya dan karena saya juga percaya kalau Tuhan Yesus melindungi kami yang ada di pemancar saat itu. entah kebetulan atau memang sudah ada yang mengatur, tenda pacar saya yang bawa saat itu ada tulisan dibagian pintu tenda yaitu tulisan dari sebagian bacaan Alkitab. kalo tidak salah dari Mazmur, inti dari bacaan itu adalah kamu gak perlu takut karena Allah senantiasa menjaga kamu. akhirnya tenanglah hati ini dan saya bisa tidur walaupun  jam sudah menunjukkan pukul 03.00 dini hari. saya tidur dengan pulasnya dan tidak merasa dingin sama sekali.
Keesokan harinya tepat tanggal 1 Mei 2016 pukul 05.00 waktu pemancar dan sekitarnya, saya dan ketiga teman lainnya terbangun karena udara terasa dingin sekali dan kami tidak mau melewati sunrise yang indah pagi itu. Udara lembab, sangat dingin menusuk hidung dan tulang kami tidak membuat kami berdiam diri didalam tenda dan tidak bisa menghentikan niat kami untuk mengabadikan moment indah tersbut. kamipun segera menyiapkan alat perang kami yaitu kamera DSLR DAN GO PRO HERO3+.


sunrise dari PEMANCAR 1 Mei 2016
Kami pun langsung melanjutkan perjalanan kami menuju puncak, supaya tidak terlalu siang dan sebelum kabut menyelimuti puncak merbabu. kami berangkat dari tenda kami sekitar pukul 06.30. Kami mempersiapkan peralatan mendaki kami beberapa, terlebih barang-barang yang kami anggap penting. Kami membawa beberapa makanan dan satu tas untuk wadah makanan tersebut. 


kami berjalan menuju puncak dengan semangat 2016 :D berjalan dan terus berjalan. by the way, ketika kami sudah sampai dijalan berbatu batu dan penuh kapur, saya mulai lelah dan tidak mau jalan lagi. "kalian aja yang naik, aku tunggu sini. udah gak kuat aku...sumpah!" kataku sembari tergeletak lemah tak berdaya dan menangis lagi hahahaha. "percuma kamu balik ke tenda apa nunggu disini, itu jaraknya sama aja. kalo kamu balik ke tenda, sama aja kamu naik kepuncak. kalo aku jadi kamu aku jalan aja gak usah ngoyo yang penting sampe puncak" kata kak ian dan tia. akhirnya saya ndapatkan power untuk terus berjalan dan berjalan, trekking pole nya akhirnya dibawa sama kak ian, karena kata kak ian saya terlalu capek pake trekking pole, itu yang buat lemes trekking pole nya. dari yang pertamanya kak amel didepan, akhirnya yang pertama jalan saya dan kaka ian.

jembatan setan menuju puncak
akhirnya setelah kami berjalan lumayan lama dan sangat lelah, kami sampai dipuncak dengan selamat dan bahagia. By the way, kita harus melewati jembatan setan itu dengan hati-hati dan harus pegangan. karena kanan kiri jurang, hati-hati sekali.



Pernikahan Beda Gereja

                  Menikah bukanlah impian bagi semua orang. Tapi bisa menikah dengan orang yang kita cintai dan mencintai kita adalah ...