Senin, 15 Oktober 2018

Kapan kita kemana? ke Ngipik aja. Kuy..!

"dimana may?", tanya seorang teman saya melalui pesan wasap. "di salatiga nih, lagi ada urusan habis itu balik kost ungaran", balas saya. "tak culik ya. siap-siap pokok'e", balasnya. Teman saya memang hobi "meculik" saya dan membawa saya ke suatu tempat yang belum pernah saya kunjungi. Pukul 22.00 kami bersama rombongan Pendaki Indonesia Semarang berangkat menuju Ngipik. Waktu perjalanan dari Ungaran yang dibutuhkan untuk sampai bukit Ngipik kurang lebih 1 jam kali ya. Jika motor yang kamu tunggangi kuat terhadap medan jalan yang menanjak tajam, hanya perlu waktu 1 jam kurang. Ternyata ditengah jalan, kami dan paklek beserta istri dan anaknya terpisah dengan rombongan lain. Alhasil kami harus mencari jalan sendiri (karena teman saya dan paklek sudah lupa sama jalannya, sangking lamanya sudah tidak ke bukit Ngipik) dan puji Tuhan sempat kesasar dong ya... Setelah tanya warga sekitar daerah Lerep, akhirnya kami memutuskan untuk melewati perkebunan kopi daerah Lerep agar cepat sampai tujuan. Tapi, minusnya jalanan yang akan kami lalui sangat menanjak dan lebar jalan perkebunan kopi itu hanya sekitar satu meteran lah. Pada tanjakan pertama, honda paklek mogok karena beban carier dan istrinya yang terlalu berat. Akhirnya anaknya paklek diikutkan motor yang kami kendarai untuk mengurangi beban motornya. Sampailah kami di bukit Ngipik tepat pukul 23.15 waktu Ngipik dan sekitarnya. Sesampainya disana, kami mendirikan tenda untuk kami beristirahat. Saya sendiri sudah gak kuat melek lagi, mata sudah dua watt. akhirnya saya memutuskan untuk tidur duluan dan berharap besok pagi bisa menikmati sunrise yang aduhai indah memesona.

Tepat pukul 04.15 alarm hp saya berbunyi dan saya langsung ngulet sejenak, mengkedip-kedipkan mata seraya mengumpulkan nyawa. melihat yang lain masih pada tidur, sebenarnya saya mau tidur lagi tapi pikiran saya sudah tertuju pada sunrise. membuka pintu tenda dan ... "masih agak gelep ih. kabutnya tebel banget, putih semua. mataharinya malu-malu mau keluar nih", kata saya berbicara sendiri tanpa ada yang menyauri. Pukul 05.00 saya melihat kabut sudah mulai berkurang dan langit berubah warna orange kemerahan. Saya langsung memakai sepatu, keluar tenda dan menuju lahan kosong tidak jauh dari tenda. Kata saya dalam hati "view seperti ini sepertinya pernah tak lihat dan rasa juga, tapi dimana ya?" dan tiba-tiba ingatan saya kembali pada bukit Kendil. yap...! tepat sekali...! view dari bukit Ngipik hampir sama penampakannya dengan bukit Kendil. Hanya saja yang membedakan, kalau di bukit Kendil kita bisa melihat dengan leluasa pemandangan yang ada di depan mata kita, nampak jelas lah walaupun berkabut. Kalau di bukit Ngipik, kita tidak leluasa menikmati pemandangan di depan mata karena terhalang alang-alang dan rumput yang tinggi. Tapi, gak buruk-buruk amat kok view sunrisenya.

view dari depan area camp
Sunset dan sunrise selalu mengingatkan saya pada kekasih hati. Setiap melihat sunset ataupun sunrise pikiran saya langsung tertuju pada kekasih hati yang sedang berada jauh dari saya saat ini. Melihat sunrise di bukit Ngipik menjadi obat rindu saya terhadapnya, ketika matahari itu muncul perlahan dan mengubah langit menjadi rona kemerahan saat itu juga saya merasa dia sedang bersama saya menikmati sunrise bersama. Meski kau kini jauh disana, kita memandang langit yang sama, jauh di mata namun dekat di hati (RAN-Dekat di hati).

hey... aku rindu :)
Kabut masih sangat tebal, tetapi matahari tidak mau kalah menampakkan dirinya  semakin dan semakin tinngi. Cantik dan memesona siapapun yang melihatnya. Saat saya berkunjung ke bukit ini, musimnya masih musim kemarau. Jadi, ya tau sendiri lah bagaimana kering dan berdebunya tempat ini. For your information, buat kalian yang mau ngecamp di bukit Ngipik bisa banget mendirikan tenda di area kebun kopi, tenda yang kalian dirikan akan berada diantara tanaman kopi. Tanahnya gimana? datar atau bergelombang? Gak semua tanah di area camp datar dan cocok untuk didirikan tenda, ada juga yang blenduk atau bergelombang. Pintar-pintar kalian saja untuk mencari lahan yang pas. Area camp tidak begitu luas, jadi gak bisa menampung tenda dalam jumlah besar. mungkin hanya bisa menampung sekitar 15-20 tenda kapasitas 2-3 orang. Oh iya, di area camp juga ada pohon-pohon  yang tumbuh berjejeran jadi kalian bisa banget membentangkan hammock untuk leyeh-leyeh sembari menikmati sunrise.

area camp

Sampai sini dulu ya cerita dari bukit Ngipik. Monggo siapa saja bisa berkunjung kesini untuk sekedar camp dan melihat sunrise atau sekedar leyeh-leyeh di hammock sembari menikmati secangkir kopi luwak di bukit ini. Oh ada kopi luwak? iya ada. Info yang saya dapat sih, petani kopi bukit Ngipik suka ngumpulin kotoran luwak yang biasanya ada di kebun kopi mereka. Per ons untuk kopi luwak dibandrol dengan harga 50 ribu. Cuma segitu aja sih info yang saya dapat dari orang sekitar. Mungkin teman-teman ada yang mau menambahkan cerita baru yang lebih seru terkait bukit Ngipik dan kopi luwak bukit Ngipik? jangan ragu-ragu untuk share ya :)

sunrise di bukit Ngipik
tanaman bunga kertas ada dimana-mana
Ngaglik, Nyatnyono, Ungaran Barat, Semarang, Jawa Tengah.

4 komentar:

  1. wih rame yang sekarang, terakhir ke sana belum ada 1 tahun ini gak ada orang yang ngecamp.
    berarti sudah dibuka lagi jalurnya

    BalasHapus
  2. Hai mas Slam...
    Iya nih sudah ramai dan sudah dibuka lagi jalurnya. Walaupun gak rame banget lah. Tapi walaupun ramai tetap jarang terjamah rangorang. Gak tau deh setelah ini bakal lebih rame mungkin Hihihi

    BalasHapus
  3. asiiik... bisa nih buat mlipir...
    ada retribusi gak? pendaftaran dan ijin ngecamp?

    BalasHapus
  4. Kemarin sih aku dateng, ndak dikenakan retribusi apapun mas. Bahkan parkir motor juga gratis mas. Ijin camp sama bapak yg punya warung deket bukit ngipik mas. Pokoknya ada 1 warung, ijinnya disitu.

    BalasHapus

Pernikahan Beda Gereja

                  Menikah bukanlah impian bagi semua orang. Tapi bisa menikah dengan orang yang kita cintai dan mencintai kita adalah ...